Mengetahui Sejak Dini Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bullying


 


 

Mengetahui Sejak Dini Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Bullying

Kamis, 11 Januari 2024

Guru Menulis- Saat ini, perilaku bullying marak terjadi pada siswa di sekolah Perilaku bullying sering terjadi di kalangan siswa, baik di tingkat SLTA, SLTP maupun di SD. Perilaku tersebut tentu saja tidak boleh dibiarkan karena bisa menimbulkan masalah lebih besar, yang dapat menghambat keberhasilan studi bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicari faktor-faktor yang menimbulkan perilaku tersebut, yang selanjutnya dapat dicari alternatif penanggulangannya.

Menurut Olweus (Siswati dan Widayanti, 2009: 3), bullying adalah “perilaku negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang”. Sedangkan menurut Amini (2008: 2), bullying didefinisikan sebagai “sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok”. Jadi dapat dipahami bahwa bullying merupakan tindakan atau penyalahgunaan kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki untuk menguasai atau menyakiti orang lain. Bentuk bullying secara verbal, misalnya mengejek, memanggil nama julukan, mengancam atau menyebarkan berita tidak benar yang membuat korban malu. Sedangkan bentuk bullying secara non verbal, seperti memukul, menendang dan mendorong.

Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah saat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orang tua. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak menimba ilmu serta membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tempat tumbuh suburnya praktek-praktek bullying, sehingga memberikan ketakutan bagi anak untuk memasukinya.

Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying di sekolah, antara lain adalah faktor kepribadian, komunikasi interpersonal yang dibangun remaja dengan orangtuanya, peran kelompok teman sebaya dan iklim sekolah. 

Pertama adalah faktor kepribadian yang memberikan kontribusi besar pada siswa dalam melakukan perilaku bullying atau menjadi pelaku bullying.

Kedua adalah faktor komunikasi interpersonal siswa dengan orangtuanya. Siswa remaja yang tumbuh dalam keluarga yang menerapkan pola komunikasi yang negatif seperti sarcasm akan cenderung meniru kebiasaan tersebut dalam kesehariannya. Kekerasan verbal yang dilakukan orangtua kepada anak akan menjadi contoh perilaku. Hal ini akan diperparah dengan kurangnya kehangatan kasih sayang dan tiadanya dukungan dan pengarahan terhadap remaja, membuat siswa remaja memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pelaku bullying.

Ketiga adalah pengaruh kelompok teman sebaya memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya perilaku bullying di sekolah. Menurut Benitez dan Justicia (2006) kelompok teman sebaya yang memiliki masalah di sekolah akan memberikan dampak yang negatif bagi sekolah seperti kekerasan, perilaku membolos, rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru. Teman di lingkungan sekolah idealnya berperan sebagai “partner” siswa dalam proses pencapaian program-program pendidikan.

Keempat adalah iklim sekolah juga memberikan pengaruh pada siswa untuk menjadi pelaku bullying. Menurut Setiawati (2008) kecenderungan pihak sekolah yang sering mengabaikan keberadaan bullying menjadikan para siswa sebagai pelaku bullying mendapatkan penguatan terhadap perilaku tersebut untuk melakukan intimidasi pada siswa yang lain.

Perilaku bullying adalah masalah sosial dan lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor atas terjadinya perilaku tersebut. Olweus (Woods & Wolke, 2004) pertama kali berspekulasi bahwa perilaku bullying/agresif yang dilakukan oleh para siswa merupakan sebuah reaksi dari rasa frustasi dan kegagalan di sekolah.

Dari uraian tersebut bahwa ada pengaruh negatif yang signifikan antara kepribadian, komunikasi interpersonal remaja dengan orang tua, peran kelompok teman sebaya dan iklim sekolah terhadap perilaku bullying. Semakin stabil dan baik kepribadian siswa, semakin baik komunikasi interpersonal yang dibangun remaja dengan orangtuanya, semakin besar peran kelompok teman sebaya untuk mengajak temannya dalam menerapkan norma-norma positif yang ada dalam mayarakat serta semakin kondusif iklim di sekolah maka semakin rendah perilaku bullying pada siswa.


Artikel Dituis Oleh
Tri Wahyu Sulistyaningsih, S.Psi
SMP NEGERI 4 PURWODADI
KABUPATEN GROBOGAN 
JAWA TENGAH.